Kontemplasi ku tahu yang KAU mau....
Ujian dan cobaan dalam hidup di dunia terkadang berupa
kelapangan dan kenikmatan, namun terkadang juga berupa kesempitan dan musibah.
Bisa berupa sehat maupuan kondisi sakit, bisa berupa kekayaan maupun
kemiskinan. Seorang mukmin akan menghadapi ujian dalam dua keadaan : kondisi
susah dan kondisi senang.
Sesungguhnya kehidupan dunia adalah negeri ujian dan penuh
dengan cobaan. Tidaklah seorang hamba hidup di dunia kecuali dia akan diuji dan
nantinya akan kembali kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman
;
“Supaya Dia
memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah
mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan
pahala yang lebih baik“ (An-Najm : 31).
“Tiap-tiap
yang berjiwa pasti akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan
dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah
kamu dikembalikan“ (Al-Anbiya’ :35).
Ujian dan cobaan dalam hidup di dunia terkadang berupa
kelapangan dan kenikmatan, namun terkadang juga berupa kesempitan dan musibah.
Bisa berupa sehat maupuan kondisi sakit, bisa berupa kekayaan maupun
kemiskinan. Seorang mukmin akan menghadapi ujian dalam dua keadaan : kondisi
susah dan kondisi senang.
Dalam setiap ujian yang menimpa manusia akan selalu ada
kebaikan. Oleh karena itu dalam sebuah hadits dari sahabat Anas radhiyallahu’anhu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
“Sungguh
menakjubkan seorang mukmin. Tidaklah Allah menetapkan kepadanya sesuatu kecuali
itu merupakan kebaikan baginya“ (H.R Ahmad).
Perkataan Nabi (شَيْئًا) mencakup segala kondisi, baik
itu ujian berupa kesusahan maupun kesenganan. Seorang mukmin dalam setiap
kondisi ujian yang dihadapai akan senantiasa dalam kebaikan. Seorang mukmin
yang mendapat taufik dari Allah, jika sedang diuji oleh Allah dengan kesusahan
dan kesempitan seperti sakit, miskin, dan musibah lainnya akan menghadapinya
dengan sabar. Dengan kondisi ujian semacam ini, seorang mukmin akan mendapat
kebaikan berupa pahala orang-orang yang sabar. Jika Allah mengujinya dengan
kesenangan dan kemudahan seperti diberi kondisi sehat dan kekayaan harta , maka
seorang mukmin akan menjadi orang yang bersyukur kepada Allah sehingga dia
mendapat kebaikan berupa pahala orang-orang yang bersyukur.
Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits dari Suhaib bin Sinan radhiyallahu’anhu,
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sungguh menakjubkan perkaranya orang mukmin. Segala
sesuatu yang terjadi padanya semua merupakan kebaikan. Ini terjadi hanya pada
orang mukmin. Jika mendapat sesuatu yang menyenangkan dia bersyukur, maka itu
kebaikan baginya. Jika mendapat keburukan dia bersabar, maka itu juga kebaikan
baginya“ (H.R Muslim).
Seorang mukin dalam kondisi kesusahan akan mendapat kebaikan
berupa pahala orang yang bersabar dan dalam kondisi lapang dan senang akan
mendpat kebaikan berupa pahala orang yang bersyukur. Senantiasa berubah-ubah
kondisinya antara sabar dan syukur. Allah Ta’ala berfirman
dalam empat tempat di dalam Al-Qur’an :
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ
شَكُورٍ
“Sesungguhnya dalam yang demikian itu terdapat
tanda-tanda bagi orang yang bersabar dan bersyukur“
Firman Allah ini terdapat dalam surat Ibrahim ayat 5, Luqman
ayat 31, Saba’ ayat 19, dan Asy-Syuura ayat 33. Allah Ta’ala menyebutkan
dua keadaan yang agung ini yaitu sabar tatakala menghadapi musibah dan
bersyukur tatakala memperoleh nikmat.
Hendaknya seorang mukimin mengetahui bahwasnya ketika Allah Ta’ala memberikan
kelapangan pada seorang hmba berupa nikmat harta, sehat, anak, dan kenikmatan
lainnya bukan merupakan bukti bahwa Allah meridhoi dan memberi
kemuliaan kepada hamba tersebut. Demikian pula kesempitan yang diperoleh
seorang hamba berupa kekurangan harta, musibah sakit, dan musibah lainnya tidak
menunjukkan bahwa Allah tidak ridho atau sedang menghinakan hamba tersebut. Ini
merupakan persangkaan sebagian manusia yang telah Allah nafikan dalam firman-Nya
:
“Adapun manusia
apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan,
maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya
mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku“
(Al-Fajr : 15-16).
Allah Ta’ala menafikan persangkaan hamba-Nya
tersebut dalam ayat selanjutnya dengan berfirman : { كَلَّا } (Sekali-kali
tidak demikian), maksudnya bahwa persangkaan mereka keliru dan tidak benar.
Barangsiapa yang Allah lapangkan baginya berupa harta, kesehatan, anak, dan
kenikmatan lainnya bukan merupakan bukti keridhoan Allah dan kemuliaan orang
tersebut. Demikian pula barangsiapa yang Allah beri kesempitan bukan
menunjukkan bahwa Allah menghinakan orang tersebut. Apapun kondisi seorang
hamba semuanya adalah ujian dan cobaan. Terkadang Allah memberi
ujian kepada hamba berupa harta, kesehatan, keselamatan, dan kenikmatan lainnya
dan terkadang Allah memberi ujian kepada hamba berupa kemiskinan, sakit, dan
kondisi lainnya.
Para ulama berbeda pendapat manakah yang lebih utama di sisi
Allah : orang kaya yang bersyukur atau orang miskin yang bersabar? Yang benar
bahwasanya yang paling utama di antara keduanya adalah yang paling bertakwa
kepada Allah. Jika mereka sama-sama bertakwa maka akan mendapat balasan yang
sama. Orang yang pertama, Allah mengujinya dengan kekayaan dan dia bersyukur,
adapun orang yang kedua Allah uji dengan kemiskinan dan dia bersabar.
Masing-masing dari keduanya telah melakukan bentuk penghambaan kepada Allah
seusai dengan tuntutan kondisi ujian yang dialaminya sehingga keduanya mendapat
keberuntungan. Ini merupakan keberuntungan dan kemenangan berupa pahala bagi
orang yang bersyukur dan orang yang bersabar.
Tempat kembalinya seluruh manusia adalah kepada Allah Ta’ala.
Oleh karena itu Allah menutup ayat-Nya dengan berfirman
وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan“
(Al-Anbiya’ :35)
Maksudnya bahwa seluruh manusia akan mendapat ujian di dunia
kemudian semuanya akan kembali kepada Allah, agar orang-orang yang berbuat
kebaikan mendapat balasan atas kebaikannya dan orang-orang yang berbuat
keburukan mendapat hukuman atas keburukannya.
Semoga Allah Ta’ala memberikan taufik
kepada kita dan kita senantiasa berusaha agar kita menjadi orang
yang beruntung dan mendapat kemenangan dalam menghadapai ujian dan cobaan baik
itu berupa nikmat maupun musibah. Hanya Allah satu-satunya Zat Yang Maha
Memberi Petunjuk dan tiada sekutu bagi-Nya.
Panti Asuhan Wisma Karya Bakti Yayasan Oto Iskandara Di Nata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar